ASESMEN SEBAGAI BAGIAN TERPADU DALAM PEMBELAJARAN

Oleh

Kennedy Luthfi (Ketua Bidang Pelatihan PD IGI Lahat)

Sebagai pendidik yang berhadapan langsung dengan siswa tentu akan menemukan perilaku, sikap, tingkat kecerdasan, status ekonomi, dan keterampilan yang sangat beragam karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Jika satu kelas berjumlah 30 orang siswa maka seorang guru harus menghadapi 30 karakteristik siswa. Demikian halnya jika mengajar 12 kelas karena tuntutan profesi maka ada 360 karakteristik siswa yang harus dihadapi oleh seorang guru.


Seorang guru tidak hanya harus menghadapi tetapi juga harus mengakomodir 360 karakteristik siswa. Sekilas hal tersebut nampak menjadi beban kerja yang cukup berat bagi seorang guru. Mungkinkah ini bisa terlaksana secara penuh? Tentu tidak, perlu disiapkan teknik, strategi, rencana serta cara agar bisa dilaksanakan secara maksimal.


Dalam perencanaan pembelajaran setidaknya ada 3 aspek penting yang bisa kita jadikan sandaran untuk memenuhi tuntutan di atas. Ketiganya adalah tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan asesmen (penilaian).


Penyusunan tujuan pembelajaran yang sistematis dan terstruktur menjadi bagian yang sangat penting. Tidak jarang seorang seorang guru membuat tujuan pembelajaran tanpa bercermin pada taksonomi dan analisis kompetensi sehingga masih ditemukan susunan tujuan pembelajaran yang dibuat semuanya setara. Misalnya dalam perencanaan pembelajaran dirancang mencapai 5 tujuan, namun yang terjadi kelima tujuan tersebut setara yakni pada level memahami semua. Ini jelas menggambarkan perencanaan pembelajaran pada aspek tujuan tidak sistematis apalah lagi terstruktur.


Kegiatan pembelajaranpun disusun tanpa berkaca pada model pembelajaran yang ditandai dengan sintaks yang berbeda untuk setiap model pembelajaran. Antara model discovery learning dan inquiry learning memiliki sintak yang sangat berbeda. Hal ini tidak jarang terabaikan ketika menyusun kegiatan pembelajaran.


Bagian terpadu dalam pembelajaran lainnya yakni ASESMEN tak luput dibuat hanya dengan mengcopy pada soal yang sudah ada di buku siswa atau buku guru. Bukan tidak setuju dengan cara ini namun dalam mengambil soal ini hendaknya diiringi dengan pengetahuan dan argumentasi mengapa soal ini diambil. Bukankah asesmen bertujuan untuk menjelaskan kemajuan belajar dan menentukan keputusan tentang langkah selanjutnya? Bukankah hasil asesmen ini digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan dan orang tua sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran?


Secara khusus, asesmen pembelajaran oleh pendidik berfungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar dan mendeteksi kebutuhan remidial.
Untuk itu sebuah asesmen idealnya dilakukan pada 3 bentuk ditinjau dari segi waktu pembelajaran yaitu awal pembelajaran (asesmen diagnostik), saat proses pembelajaran (asesmen formatif) dan akhir pembelajaran (asesmen sumatif).

  1. Asesmen Diagnostik
    Asesmen diagnostik merupakan asesmen yang dilakukan guru di awal pembelajaran untuk melihat kompetensi dan memonitor perkembangan belajar peserta didik dari aspek kognitif maupun non kognitif.
    Hasil asesmen diagnostik digunakan untuk memetakan kebutuhan belajar sehingga guru dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat sesuai kondisi peserta didik.
    Asesmen diagnostik dapat mengandung satu atau lebih dari satu topik. Asesmen diagnostik dapat dilaksanakan secara rutin, pada awal ketika guru akan memperkenalkan sebuah topik pembelajaran baru, pada akhir ketika guru sudah selesai menjelaskan dan membahas sebuah topik, dan waktu yang lain selama semester (setiap dua minggu/ bulan/ triwulan/ semester).
    Kemampuan dan keterampilan siswa di dalam sebuah kelas berbeda-beda. Ada yang lebih cepat paham dalam topik tertentu, akan tetapi ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami topik tersebut. Seorang siswa yang cepat paham dalam satu topik belum tentu cepat paham dalam topik lainnya.
    Asesmen diagnostik memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara cepat, untuk mengetahui siapa saja yang sudah paham, siapa saja yang agak paham dan siapa saja yang belum paham. Dengan demikian guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan siswa.
    Asesmen diagnostik dilakukan tidak hanya untuk mengukur kemampuan pengetahuan siswa (diagnostic cognitive) tetapi juga untuk mengukur kemampuan non pengetahuan (diagnostic non cognitive). Beberapa contoh pertanyaan asesmen diagnostik non kognitif seperti: Apa kabar anak-anak? Bagaimana perasaan anak-anak pagi ini? Apakah ketika melangkahkan kaki keluar rumah anak-anak berdoa agar dibukakan hati dan pikiran serta dimudahkan dalam menerima pelajaran?
    Semua pertanyaan diatas tidak mengukur pengetahuan siswa tetapi mengukur kesiapan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Oleh karena itu dinamakan asesmen non kognitif.
    Setelah melakukan asesmen non kognitif guru juga bisa mengajukan beberapa pertanyaan asesmen diagnostic cognitive di awal pembelajaran. Beberapa contoh pertanyaan diagnostik kognitif seperti: Apa yang anak-anak ketahui tentang mengukur? Dimana anak-anak bisa lihat orang melakukan pengukuran? Alat ukur apa yang pernah anak-anak lihat di sekitar kita? Apa yang terjadi jika kita mengukur dengan hanya memperkirakan saja?
  2. Asesmen Formatif
    Asesmen formatif merupakan asesmen yang dilakukan guru selama proses pembelajaran untuk memberikan informasi mengenai perkembangan penguasaan kompetensi peserta didik pada setiap tahap pembelajaran. Hasil asesmen formatif berguna bagi guru untuk mengambil tindakan dan memastikan bahwa setiap peserta didik mencapai penguasaan yang optimum.
    Asesmen formatif dapat mendorong peserta didik mencapai tujuan belajar dengan melakukan penyampaian umpan balik yang dilakukan secara berkala. Asesmen formatif melibatkan aktivitas guru dan peserta didik yang bertujuan untuk memantau kemajuan belajar siswa selama proses belajar berlangsung. Penilaian ini akan memberikan umpan balik bagi penyempurnaan program pembelajaran, mengetahui dan mengurangi kesalahan yang memerlukan perbaikan
    Asesmen formatif merupakan bagian dari langkah-langkah pembelajaran, dilakukan selama kegiatan pembekajaran berlangsung yang merupakan bagian dari praktik keseharian pendidik dan peserta didik di dalam proses belajar mengajar di kelas.
    Asesmen formatif bertujuan untuk merefleksikan proses belajar dan tidak menentukan nilai akhir peserta didik. Tujuan asesmen formatif adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran, tidak hanya untuk menentukan tingkat kemampuan peserta didik.
    Selain itu, asesmen formatif juga bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kekuatan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilakukan. Pendidik dapat menggunakan informasi tersebut untuk memperbaiki, mengubah atau memodifikasi pembelajaran agar lebih efektif dan dapat meningkatkan kompetensi peserta didik.
  3. Asesmen sumatif
    Asesmen sumatif merupakan asesmen yang dilakukan guru setelah menyelesaikan proses pembelajaran. Asesmen sumatif tidak selalu dilakukan di akhir pembelajaran. Hasil asesmen sumatif digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, mengukur konsep dan pemahaman peserta didik, serta mendorong untuk melakukan aksi dalam mencapai kompetensi yang dituju.
    Di dalam asesmen sumatif mencakup lebih dari satu pokok bahasan yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit pembelajaran ke unit pembelajaran berikutnya. Asesmen sumatif dapat juga diartikan sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
    Asesmen sumatif dilaksanakan setelah sekumpulan program pelajaran selesai diberikan. Kegiatan asesmen sumatif dilakukan jika satuan pengalaman belajar atau seluruh materi pelajaran telah selesai.
    Asesmen sumatif menghasilkan nilai atau angka yang kemudian digunakan sebagai keputusan pada kinerja peserta didik. Asesmen sumatif digunakan untuk menentukan klasifikasi penghargaan pada akhir kursus atau program. Penilaian sumatif dirancang untuk merekam pencapaian keseluruhan siswa secara sistematis.
    Asemen sumatif berkaitan dengan menyimpulkan prestasi peserta didik dan diarahkan pada pelaporan di akhir suatu program studi. Fungsi asesmen sumatif, yaitu pengukuran kemampuan dan pemahaman peserta didik dan sebagai sarana memberikan umpan balik kepada peserta didik.

Demikianlah ulasan singkat tentang asesmen sebagai bagian terpadu dalam pembelajaran yang memiliki peran penting dalam menghadapi dan mengakomodir karakteristik siswa. Guru dapat memanfaatkan asesmen dalam praktik baik pembelajaran yang diterapkan. (EY)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *