Muslimin
Pendahuluan
Pembelajaran-pembelajaran yang di lakukan di ruang-ruang kelas sering sekali mengesampingkan keberadaan murid. Sehingga dalam pembelajaran murid hanya dianggap “konsumen belajar” dan pelayanannyapun bukan berorientasi kepuasan pelanggan, tetapi berdasarkan atas kehendak gurunya, murid tidak memilki hak apalagi power dalam pembelajaran mereka. Ikuti saja pembelajaran yang telah desain gurunya. Ibarat hidangan selera atau tidak selera silahkan dimakan, karena hanya satu kemungkinan bagi yang tidak mau makan “lapar”
Guru perlu strategi dalam pembelajaran belum berdasarkan kebutuhan murid. Belajar baru sampai dataran menunaikan kewajiban masing-masing. Sehingga bel dan akhir pekan merupakan tanda mereka merayakan kebebasan dari detik-detik yang telah menyiksa. Tujuan pembelajaran belum jelas, sehingga melalui survey kecil-kecilan kepada para murid, banyak diantra mereka yang tidak paham belajar tentang apa dan untuk apa. Makna belajar yang bermakna dan membahagiakan sepertinya peribahasa beikut sangat tepat untuk menggambarkan “Jauh panggang dari api.” Maka melalau pembelajaran berdiferensiasi sepertinya dapat menjadi solusi pembelajran yang membosankan, menjenuhkan, dan “menyiksa”.
Apa yang kita ajarkan, dalam hal ini materi atau pelajaran yang akan kita sampaikan kepada murid. Sebelum melakukan penyampaian materi/pelajaran guru harus mampu menganalisa kebutuhan murid. Karena Pembelajaran berdiferensiasi merupakan usaha sadar untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar indivisu setiap murid.
Pada konten ini yang perlu kita perhatikan mengenai kesiapan belajar murid (readiness) menurut Carol Ann Tomlinson yang dikutip oleh ibu Oscarina seperti the equalizer. Perlu kita pahami bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas atau kecerdasa akal, tetapi lebih kepada informasi tentang “ketahuan dan keterampilan” bagi murid, sehingga dengan muda untuk melanjutkan kepada keterrampilan dan pengetahuan baru.
Tomlinson memberikan sebuah alat “the equalizer” yang berfungsi untuk mengukur kesiapan belajar murid (Bersifat mendasar – Bersifat transformatif; Konkret – Abstrak; Sederhana – Kompleks ; Terstruktur – Open Ended; Tergantung (dependent) – Mandiri (Independent); Lambat – Cepat).
Minat merupakan motivasi bagi murid untuk dapat terlibat dengan baik dan aktif dalam proses pembelajaran. Kita sebagai guru dituntut untuk merawat minat murid, walaupun terkadang minat itu mengalami perubahan.
Profil pelajar murid menggambarkan apa yang mereka sukai. Ada bebarap faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang: Lingkungan seperti suhu, pencahayaan, ketenangan dst. Pengaruh budaya, seperti budaya nyantai, tutur, pendiam dst. Dan gaya belajar murid seperti visual, auditory, dan kinestetik.
Strategi proses bagaimana murid memahami? Bagaimana cara kita melakukan? Murid dapat melakukan kegiatan secara mandiri atau berkelompok, dalam diferensiasi proses ini juga dapat melalui kegiatan berjenjang, pertanyaan pemandu, dan sudut-sudut minat.
Strategi produk. Produk merupakan ujud kerja yang berwujud. Guru dituntut bagaimana cara sehingga dapat memberikan tantangan, variasi, keragaman. Kemudian bagaimana cara mengekspresikan pembelajaran pembelajarana yang diinginkan. Ekspektasi yang diinginkan murid terdiri dari kualitas pekerjaan.
Disamping tiga strategi pembelajaran, harus didukung oleh lingkungan belajar yang mendukung. Setiap orang akan menyambut dan merasa disambut dengan baik, setiap orang di kelas merasa saling menghargai, murid akan merasa aman, ada harapan bagi pertumbuhan, guru mengajar untuk mencapai kesuksesan, ada keadilan dalam bentuk yang nyata, guru memiliki peran yang sangat penting dalam membangun atmosfer lingkungan kelas yang positif. Berusaha murid mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Semua guru dan murid berkolaborasi untuk kesuksesan dan pertumbuhan bersama.
Pembelajaran Berdiferensiasi
Ciri-ciri atau kerekteristik pembelajaran berdiferensiasi antara lain; lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid, dan manajemen kelas efektif.
Lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar. Maka perlu dipersiapkan bersama-sama supaya lingkungan belajar betul-betul menjadi nyaman bagi semua. Mulai dari perawatan perlengkapan kelas yang ada dan suasana positif di ruang kelas yang perlu diciptakan bersama dalam suasana yang kondusif dan nyaman.
Menurut Ametembun (2004, hal 130). seorang guru dikatakan siap dan mampu mengajar bila:
- Ruang kelasnya telah tertata baik dan jadwal pelajaran telah digantungkan di dinding kelas.
- Peraturan-peraturan telah ditetapkan untuk dipatuhi murid-murid sekelas.
- Mempunyai ”rencana” dalam menangani situasi-situasi yang sulit.
Dari ketiga kesiapan mengajar secara manajerial diatas, kesiapan ketiga ini belum tertata secara rapi dan teratur yaitu guru seharusnya mempunyai rencana kegiatan serta menyusun hal-hal untuk menangani situasi-situasi yang sulit, rencana ini menurut penulis yang belum maksimal disiapkan oleh guru, penanganannya masih bersifat insidental belum disusun secara tertulis.
Tugas guru kelihatannya mudah, tetapi pada realitasnya ”complicated” (rumit) seperti halnya mengajar murid-murid. Untuk setiap pelajaran, guru-guru tidak hanya harus memutuskan apa yang hendak diajarkan, tetapi bagaimana mempresentasikannya. Kesuksesan teraih, bilamana guru-guru cerdas memilih strategi-strategi yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan murid-murid dan informasi untuk dipelajari, sebagai guru harus mengenal murid-muridnya. Adapun strategi yang baik adalah strategi yang cocok bagi muridnya. Buatlah pilihan yang cerdas dan arif dan manajemen yang efektif tidak memperlakukan murid secara sama, dengan kata lain harus menggunakan strategi yang berbeda dengan tipe-tipe murid yang berbeda dan perlu direfleksikan (Ametembun 2004, hal. 130). Semua yang telah disepakati supaya menjadi keyakinan dari setiap penghuni ruangan kelas, sehingga terciptalah budaya positif untuk semua.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Tomlinson menyatakan untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan guru harus mampu memenuhi kebutuhan belajar murid. Kebutuhan belajar murid terangkum dalam tiga aspek. 1. Kesiapan belajar murid, 2. Minat murid dan 3. Profil belajar murid.
Bersifat mendasar – Bersifat transformatif
Saat murid dihadapkan pada sebuah ide yang baru, yang mungkin belum dikuasainya, mereka akan membutuhkan informasi pendukung yang jelas, sederhana, dan tidak bertele-tele untuk dapat memahami ide tersebut. Mereka juga akan perlu waktu untuk berlatih menerapkan ide-ide tersebut. Selain itu, mereka juga membutuhkan bahan-bahan materi dan tugas-tugas yang bersifat mendasar serta disajikan dengan cara yang membantu mereka membangun landasan pemahaman yang kuat. Sebaliknya, saat murid dihadapkan pada ide-ide yang telah mereka kuasai dan pahami, tentunya mereka membutuhkan informasi yang lebih rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat bagaimana ide tersebut berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru. Kondisi seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat transformatif.
Konkret – Abstrak
Di lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar murid dengan melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret atau sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak.
Sederhana – Kompleks
Beberapa murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan satu abstraksi pada satu waktu, yang lain mungkin bisa menangani kerumitan berbagai abstraksi pada satu waktu.
Terstruktur – Open Ended
Kadang-kadang murid perlu menyelesaikan tugas yang ditata dengan cukup baik untuk mereka, di mana mereka tidak memiliki terlalu banyak keputusan untuk dibuat. Namun, di waktu lain murid mungkin siap menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.
Tergantung (dependent) – Mandiri (Independent)
Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua murid kita dapat belajar, berpikir, dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun sama seperti tinggi badan, mungkin seorang anak akan lebih cepat bertambah tinggi daripada yang lain. Dengan kata lain, beberapa murid mungkin akan siap untuk kemandirian yang lebih awal daripada yang lain.
Lambat – Cepat
Beberapa murid dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai atau sedikit menantang. Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari topik yang lain.
Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan. Adapun tujuan melakukan identifikasi atau pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013: 29).
Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri.
Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah sebagai berikut:
Membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar; mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran;
menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan; meningkatkan motivasi murid untuk belajar.
Minat sebenarnya dapat kita lihat dalam 2 perspektif. Yang pertama sebagai minat situasional. Dalam perspektif ini, minat merupakan keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Seorang anak bisa saja tertarik saat seorang gurunya berbicara tentang topik hewan, meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik tentang hewan tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara yang sangat menghibur, menarik dan menggunakan berbagai alat bantu visual. Yang kedua, minat juga dapat dilihat sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Minat ini disebut juga dengan minat individu. Seorang anak yang memang memiliki minat terhadap hewan, maka ia akan tetap tertarik untuk belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu guru yang mengajar sama sekali tidak membawakannya dengan cara yang menarik atau menghibur.
Karena minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran, maka memahami kedua perspektif tentang minat di atas akan membantu guru untuk dapat mempertimbangkan bagaimana ia dapat mempertahankan atau menarik minat murid-muridnya dalam belajar.
Pentingnya Mempertimbangkan Minat Murid
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid diantaranya adalah dengan: menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan humor, menciptakan kejutan-kejutan, dsb), menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid, mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid, menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based learning).
Seperti juga kita orang dewasa, murid juga memiliki minat sendiri. Minat setiap murid tentunya akan berbeda-beda. Sepanjang tahun, murid yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik yang berbeda. Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk “menghubungkan” murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid. Hal lain yang perlu disadari oleh guru terkait dengan pembelajaran berbasis minat adalah bahwa minat murid dapat dikembangkan. Pembelajaran berbasis minat seharusnya tidak hanya dapat menarik dan memperluas minat murid yang sudah ada, tetapi juga dapat membantu mereka menemukan minat baru.
Untuk membantu guru mempertimbangkan pilihan yang mungkin dapat diberikan pada murid, guru dapat mempertimbangkan area minat dan moda ekspresi yang mungkin digunakan oleh murid-murid mereka. (Tomlinson, 2001).
Profil Belajar Murid
Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.
Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:
Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur, dsb. Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb.
Pengaruh Budaya: santai – terstruktur, pendiam – ekspresif, personal – impersonal.
Preferensi gaya belajar.
Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu: visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer ); auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat berdiskusi, mendengarkan musik); kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).
Mengingat bahwa murid-murid kita memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka penting bagi guru untuk berusaha untuk menggunakan kombinasi gaya mengajar.
Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences): visual-spasial, musical, bodily-kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic-matematika.
Kesimpulan
Pembejaran berdiferensiasi merupakan solusi pembelajaran bagi semua, pembelajaran akan lebih bermakna dan menyenangkan karena semua sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Guru harus dapat mengimplementasikan strategi pembelajaran dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif sehingga admosfer kelas menjadi positif.
REFRENSI
Ametembun 2004. Sistem Manajemen Kelas-kelas Modern; Manajemen Perilaku Murid-murid, Suri, Bandung.
Ametembun 2004. Sistem Manajemen Kelas-kelas Modern; Manajemen Strategi-strategi Instruksional, Suri, Bandung.
Ametembun 2004. Sistem Manajemen Kelas-kelas Modern; Manajemen Waktu dan Ruang Kelas, Suri, Bandung.
Oscarina Dewi Kusuma dan Siti Luthfah, 2021. Praktik Pembelajaran yang Berpihak kepada Murid. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi.