Muslimin, S. Th. I., M. Pd.I
SD Islam Azzahra Palembang
Sejak Pandemi Covid 19 melanda dunia, termasuk Indonesia, lembaga pendidikan ikut porak-poranda, karena tidak ada pembelajaran tatap muka, semakin lama pembelajaran tatap muka tidak terjadi, semakin besar dampak negatif yang terjadi pada anak. namun pembelajaran harus tetap berjalan, pemerintah dengan Surat Edaran (SE) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No. 4 Tahun 2020, Pembelajaran jarak jauh yang disingkat dengan (PJJ), pembelajaran terpaksa dilakukan dari rumah (BDR) demi keselamatan dan kesehatan. BDR dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup.
Pembelajaran jarak jauh dapat dilakukan melalui dalam jaringan/online dan luar jaringan/offline. Kedua mode pembelajaran ini bagaikan dua mata uang yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Namun dengan pembelajaran dalam jaringan, harapannya secara psikologis anak-anak masih dapat merasakan kehadiran guru disisinya, melakukan komunikasi secara langsung, walaupun tidak tatap muka secara fisik.
Supaya pembelajaran tetap efektif dan efesien, maka perlu strategi. Strategi merupakan istilah yang sering digunakan oleh angkatan bersenjata untuk mempertahankan suatu gempuran demi keberhasilan. Secara ruhiyah makna ini dapat dipertahankan sebagai penyemangat dan mempertahankan gempuran terhadap karakter-karakter unfaedah selama pembelajaran BDR.
Sementara karakter menurur Masnur muslich, dalam buku pendidikan karakter: menjawab tantangan krisis multi dimensional “merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.”
Karakter sangat penting dalam pendidikan, terutama dalam berkehidupan, ruh dari kehidupan sesorang dapat mulia dan membahagiakan bila dilandasi karakter yang baik.
Pembelajaran karakter tidak dapat diraih melalui pembelajaran Daring dengan maksimal, sebab pembelajaran yang terbaik menurut Allah swt, melalui “uswatun hasanah”.
Pembelajaran Daring, mau tidak mau pelajar harus memiliki handphone dan dapat mengaksesnya. Sementara penggunaan handphone yang berlebihan akan berdampak pada kesehatan pelajar. Belum lagi dampak penggunaan handphone, seperti kurangnya interaksi sosial di kehidupan nyata, kurang berempati atau cuek, lebih cepat cemas dan depresi, tidak fokus dalam pembelajaran, dan menurunkan prestasi akademik, segala sesuatu menjadi instan, bahkan sampai membuat mereka kecanduan bermain game.
Pertanyaannya, Apakah kita tetap mengeluh? Tidakkah manusia, Allah ciftakan dalam keadaan gelisah, dalam keadaan susah payah (Q.S. Al-Balad; 4). Maka mau tidak mau kita sebagai makhluk dituntuk untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, mencari solusi yang tepat dan cepat.
Perubahan zaman bukanlah sesuatu yang kebetulan, karena semuanya merupakan fasilitas bagi setiap makhluk untuk berkreasi, berkreatifitas, dan berinovasi untuk menunjukkan esensi dari jatidiri, siapakah hamba Allah swt yang terbaik diantara kalian. Termasuk dalam hal strategi penguatan karakter pada pembelajaran Daring.
Sejak bulan Maret pembelajaran Daring membuat kegelisahan yang sangat akut, bagi orang tua, pendidik, dan pelajar. Terlepas dari belum memiliki gawai, quota, signal dan seterusnya.
Bagi kritikus pendidikan untuk mempropaganda orang tua pelajar, bahwa pembelajaran hanya diperuntukkan bagi borjuis, mereka lupa kalau pemerintah sudah menggelontorkan bantuan untuk pelajar dari sekolah dasar sampai mahasiswa.
Orang tua belum siap mengambil alih perannya yang selama ini sudah diamanahkan kepada sekolah. Banyak orang tua cemas dan mengeluh. Belum lagi ditambah beban kerja, mengasuh bagi yang memiliki anak kecil, penguasaan materi ajar yang puluhan tahun lalu sudah tidak pernah mereka sentuh lagi.
Begitu juga dengan para pendidik mulai kebingungan untuk menyampaikan materi, banyak pendidik yang saya survei melalui para pelajar, banyak yang hanya sekedar mengirimkan pesan melalui Whatsapp perintah mengerjakan tugas, seperti; “bacalah halaman sekian, kerjakan latihan, hapalkan, salin ulang, dan seterusnya”. Terlihat miskinnya pendidikan karakter yang ditanamkan melalui pembelajaran yang berproses.
Para pendidik tunggang langgang, melakukan pembelajaran e-learning, e-fortofolio, e-testing. Belum lagi mereka harus belajar membuat audio atau video mulai dari perekaman, mengedit, sampai mengupload dengan berbagai media online, seperti facebook, youtube, zoom, google meet, google form, dan seterusnya.
Para pelajar tidak memiliki waktu istirahat untuk mengerjakan tugas, karena terlalu banyak, diantara guru belum bisa berkoordinasi dengan baik mengenai pemberian tugas antar sesama pendidik, padahal saat situasi seperti sekarang ini, menuntut pelajar untuk selalu menjaga imunitas tubuh, sehingga tidak terserang Pandemi Covid 19.
Bagi pelajar yang belum termotivasi, tidak mereka hiraukan sama sekali, sampai-sampai orang tua membuat grup whatsapp untuk belajar bersama, guna dapat mengerjakan tugas yang diberikan.
Semakin rendah dan mudah kualitas tugas atau soal yang dibuatkan, maka semakin membara kecurangan yang dilakukan oleh pelajar, mereka tinggal copy paste dari internet atau jawaban temannya, belum lagi teman yang tidak mau memberikan jawabannya akan diasingkan oleh teman-temannya yang lain, sehingga terjadilah bully.
Handphone yang difasilitasi, tidak digunakan dengan amanah, melainkan main game atau chat sama teman-temannya. Bahkan ada sekitar 20% pelajar dari setiap kelas, yang kecanduan game akut, gara-gara difasilitasi handphone untuk pembelajaran Daring.
Jika semua hal tersebut menjadi ketakutan, padahal mereka hidup dizaman tehnologi informasi atau masyarakat 4.0. ada benarnya society 4.0 menjadikan manusia mekanis, namun dengan society 5.0 perkembangan dan kecanggihan tehnologi justru akan memberikan kemudahan-kemudahan bagi kehidupan manusia. Maka pastikan selamat tinggal zaman batu (litikum). Dan Daring merupakan ciri has pembelajaran di era sekarang ini.
Pakar komunikasi Prof. Dr. Alo Liliweri, melalui wawancara dengan Antara News Kupang. “penguatan karakter tetap bisa dilakukan pada saat pembelajaran Daring dengan strategi pendidik, yang dapat menyesuaikan indikator. Pendidik bisa menggunakan audio dan atau video yang menarik untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan penguatan karakter.
Imanuel Kolfidus, melalui web Antara Kupang memperkuat argumen, bahwa pembelajaran Daring hanyalah instrumen pengajaran. Subtansi pengembangan karakter ada dalam materi pembelarajan, pengawasan, dan evaluasi.
Adaptasi dan selalu menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi “sholihu likulli zaman wa makan” merupakan irama yang dapat dilakukan supaya ada keseimbangan dalam berkehidupan. Termasuk dalam pembelajaran Daring. Sayyidina Ali pernah mengatakan “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu” Zaman telah berubah, maka cara pembelajaran harus berubah. Memang butuh strategi yang jitu untuk mempertahankan karakter pada masa pembelajaran Daring, karena hanya melalui sekolahlah, karakter akan terus tumbuh dan berkembang.
Sebagaimana yang dituliskan oleh Ahmad, ketidak mampuan lembaga-lembaga seperti keluarga, masjid, dan lingkungan yang mengelola pendidikan keagamaan atau karakter dalam melaksanakan tanggung jawabnya, karena itu di atas pundak sekolahlah tertumpu beban berat untuk mengajarkan pendidikan karakter, karena merupakan satu-satunya lembaga yang dapat mengkoordinir mereka secara massa dalam waktu sepanjang mungkin.
Sesuai dengan fungsi sekolah menurut Nasution, antara lain: Sekolah dapat membantu memecahkan masalah-masalah sosial dan mentransmisi kebudayaan, sehingga pelajar terhindar dari beraneka ragam penyakit sosial. serta tercapainya kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara dengan nilai-nilai luhur yang disampaikan kepada pelajar dapat mereka rasakan kesatuan dan persatuan bangsa yang berciri khas ketuhanan yang Maha Esa.
Manusia mempunyai suatu potensi/kefitrahan yang akan berkembang jika disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya, baik cipta, karya maupun karsa.
Melalui pendidikan pula manusia dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri. Sehingga nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak, atau kepribadian seseorang, dan karakter tidak hanya disampaikan secara kognitif, tetapi juga dapat diamplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Naluri kefitrahan dari hasil penelitian Yusuf LN, dalam bukunya psikologi perkembangan anak dan remaja, pada dasarnya telah menjadi bakat sejak lahir, bahkan semejak didalam kandungan. Itu sebabnya manusia disebut homo religius, yaitu makhluk yang bertuhan dan beragama. Ada dua faktor yang menentukan keberagamaan manusia. Pertama faktor internal yang dikenal sebagai faktor bawaan atau fitrah. Dan kedua faktor eksternal, merupakan faktor yang menentukan potensi kecenderungan untuk berkembang. Namun perkembangan itu tidak akan terjadi manakala tidak ada rangsangan atau stimulus yang memungkinkan fitrah tersebut berkembang. Sekolah merupakan salah satu lingkungan dimana individu hidup berperan dalam mengembangkan potensi karakter bagi pelajar.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Yusuf LN, bahwa untuk menunjang perkembangan kefitrahan atau potensi, diperlukan kepedulian pimpinan sekolah, guru-guru dan seluruh staf sekolah terhadap penanaman nilai-nilai. Termasuk peran orang tua dan siswa itu sendiri.
Sinergitas antara rumah dan sekolah, justru memperkuat dalam pembentukan karakter. Karakter yang kaitannya erat dengan personality (kepribadian), maka melalui pembiasaan (habitution) dan keteladanan (exemplary) merupakan strategi yang harus terus distimulus, sehingga respon yang mereka tunjukkan karakter positif dan berfaedah.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan karakter pada pembelajaran Daring, diantaranya;
- Komunikasi dan keteladanan
Komunikasi insentif antar orang tua dan anak, hal ini dapat merangsan kedekatan dan keinginan tahu mereka, sehingga informasi dan pengetahuan yang mereka dapatkan valid dan dapat di pertanggung jawabkan, karena di era sekarang ini sulit membedakan informasi yang valid. Banyak informasi hoaks yang diposting melalui berbagai laman di media sosial.
Selain komunikasi orang tua dan anak, komunikasi orang tua dan guru, karena jika komunikasi hanya antara guru dan pelajar saja, maka orang tua terkesan kurang menghargai profesi guru, jika komunikasi terjalin dua arah, maka pada akhirnya muncul rasa kebanggaan pada guru, tentu saja berdampak pada pembelajaran, hususnya pembelajaran karakter, karena secara tidak langsung komunikasi antara orang tua dan guru membangun hubungan hangat dan bermakna.
Sebagaiamana tulisan kahlil Gibran dalam buku “Memudahkan anak belajar”. orang tua dan guru tidak hanya bijak di atas panggung (sage on the stage), tapi harus mampu menjadi keteladanan (guide on the side) bagi anak. “Berikan mereka kasih sayangmu, tetapi jangan sodorkan pikiranmu. Sebab pada mereka, ada alam pikiran tersendiri. Engkau patut memberikan untuk raganya, tetapi tidak untuk jiwanya. Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan yang tidak dapat kau kunjungi sekalipun dalam mimpi. Engkau boleh berusaha menyerupai mereka namun jangan membuat mereka menyerupaimu. Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur, juga tidak tenggelam di masa lampau. Engkaulah busur dan anak-anakmulah panah yang meluncur.”
Sehingga dengan komunikasi dan keteladanan pembelajaran karakter, walaupun Daring tetap akan dapat tersampaikan karena secara fisik, pendidik atau guru itu akan didapatkan pada orang tuanya.
Ransangan-rangsangan yang diberikan oleh orang tua dan guru, termasuk lingkungan untuk dapat mengembangkan karakternya, harus terus menurus dilakukan. Hindari jadi pengkritik yang banyak dilakukan oleh orang tua kepada guru, seperti “guru makan gaji buta” “guru yang mengajar, orang tua yang repot” dan seterusnya. Sebagaimana yang ditulis Stephen R. Covey, pada buku The Leader in Me, “dari pada menjadi pengkritik, lebih baik mempromosikan kebaikan.” - Media Pembelajaran
Guru dapat membuat cerita atau kisah melalui video atau tulisan-tulisan yang diiringi dengan suara dan alunan instrumen yang dapat membangkitkan semangat untuk memiliki karakter yang baik bagi pelajar. Pembelajaran Daring memberikan keluasan kepada guru untuk berkreatifitas dan berinovasi mengembangkan media pembelajaran, hususnya media audio dan/atau audio visual. Sebab Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dapat dilakukan Daring) dan Luring. media-media yang ada juga bisa dipadukan dengan PPT dan video pembelajaran. Sebab pembelajaran luringpun masih tetap membutuhkan jaringan online.
Daring bisa menggunakan whatsapp, zoom, google meet, youtube, face book dan sebagainya. - The teacher with in
Kata-kata the teacher with in, merupakan kata-kata yang ditulis oleh Anita Lie yang saya kutip di buku saya, menjadi pendidik panggilan jiwa, menggapai surga.
Memunculkan rasa tanggung jawab kepada pelajar, agar memiliki semangat untuk belajar, berbuat kebaikan dan kebermaknaan. Karena karakter itu merupakan sesuatu yang dimunculkan oleh setiap insan dalam kehidupannya.
Prisnip the teacher with in, sering diadopsi oleh pesantren-pesantren atau rumah tahfidz, atau sekolah yang berbasi demokrasi seperti sekolah Budimulya Jogjakarta, sebuah sekolah yang dirintis oleh Bapak Amin Rais.
Simpulan dari tulisan ini, Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah seorang bayi yang dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah, maka bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani atau Musyrik.” (HR. Muslim).
Pemaknaan hadis ini pada kata “fa abawahu” memberikan makna, bahwa pembelajaran Daring merupakan pola pembelajaran yang harus memiliki strategi untuk tetap mempertahankan kefitrahan atau karakter bagi peserta didik dalam kebermaknaan.
REFERENSI
Al-Quran dan Terjemahan Software MS. Word
Anita Lie, Guru: Perjalanan dan Panggilan. Basis. No. 07-08 Tahun Ke 57 Juli Agustus 2008. Yogyakarta; 2008.
Anita Lie, Memudahkan Anak Belajar, Jakarta: Kompas, 2008.
Antara News Kupang online, diakses 2 Januari 2021
Imam Abu Husain Muslim, Sahih Muslim, Lebanon: Dar Kutub Lebanon, 1421 H
Masnur Muslich, Pendidikan karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multi dimensional, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Muslimin, Pendidik Panggilan Jiwa Menjemut Surga, Palembang: Noerfikri, 2020.
Nasution. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Steven R Covey, The Leader in Me, Jakarta: Gramedia, 2009.
Surat Edara Sekjen No.15 Tahun 2020.
Surat Edaran Kemendikbud No. 4 Tahun 2020.
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Remaja. Bandung: Rosdakarya, 2004.
Tim direktorat pendidikan madrasah, Wawasan Pendidikan karakter dalam Islam, Direktorat pendidikan madrasa Kemenag, Jakarta: Dir Penmad Kemenag, 2010.