Oleh
Eka Fitriani, S.Pd.
(Ketua Bidang Literasi, Media dan Informasi PW IGI Sumsel)
“Anak-anak, hari ini kita akan mempelajari tentang budidaya tumbuhan kupi. Jadi, anak-anak harus tahu tumbuhan apa yang terkenal di dusun kita ini,” ucap Bu Janti.
Bu Janti adalah salah satu guru yang mengajar mata pelajaran potensi daerah di sekolah.
Di ruang tersebut anak-anak terlihat antusias dengan tampilan powerpoint yang ditayangkan oleh Bu Janti. Tidak ada seorang pun dari mereka yang ngobrol seperti biasanya. Semua fokus menatap ke depan.
Dulu sebelum pandemi, aktivitas seperti ini sering dilakukan. Secara bergiliran, guru-guru meminjam proyektor untuk dibawa ke dalam kelas. Menyusun powerpoint semenarik mungkin di malam hari atau mencari video-video pembelajaran di youtube, lalu mendownloadnya untuk ditayangkan di kelas keesokan harinya.
Teknik ini cukup berhasil menurut saya. Cuma bedanya, sekarang anak-anak dibagi menjadi dua kelompok. Hanya 50 persen saja dari total keseluruhan satu kelasnya. Jika ada enam kelas yang diajar, artinya selama pandemi, harus masuk di dua belas kelas.
Lalu, bagaimana dengan pemberian materi menggunakan media pembelajaran proyektor ini. Apakah cukup efektif dilakukan saat PTM?
Cukup membantu. Itu jawaban saya. Malah bisa sangat efektif. Apalagi dengan jumlah peserta didik yang hanya lima belas orang dalam satu kelasnya. Anak-anak bisa lebih terkontrol. Meskipun selama pembelajaran tatap muka dimulai, saya belum pernah mencobanya.
Setidaknya, para peserta didik memiliki pengalaman belajar yang menarik selama mereka sekolah hingga kembali mengembalikan semangat belajar yang bisa saja ‘terkikis’ selama dua tahun ini.
Seperti yang diketahui selama covid, para peserta didik diharuskan untuk belajar mandiri di rumah. Motivasi mereka terkikis sedikit demi sedikit tanpa kehadiran penuh seorang guru di dalam kelas seperti biasanya.
Dengan sedikit menyimak kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh Bu Janti tadi pagi, saya jadi bisa termotivasi untuk kembali memberikan materi lewat tayangan powerpoint.
Ya. Mungkin sekali-kali anak-anak diajak menyanyikan lagu berbahasa Inggris seperti yang pernah guru saya pernah lakukan saat mengajar di bangku sekolah dulu.
I have a dream, a fantasy
to help me trough reality
and my destination
makes it worth the while
Pushing through the darkness
Still another mile
Lirik lagu berjudul I Have A Dream yang dinyanyikan boyband Westlife yang dulu tren di zaman saya sekolah masih terngiang lekat di ingatan.
Bersama guru dan teman-teman sekelas, saya menyanyikan lagu tersebut. Tak hanya itu, kami bermain tebak arti dan lirik. Sungguh asyik sekali. Belajar menjadi menyenangkan dan ya, diakui lebih lekat dalam ingatan arti kata per kata dalam bahasa Inggris.
Maka setelah kegiatan belajar mengajar selesai, peserta didik bisa mendapatkan pengalaman terbaik dan akan terkenang sepanjang masa. Seperti halnya yang dilakukan oleh Bu Janti tentang materi kupinya dan guru saya dulu lewat lagu I Have A Dream.
Terima kasih sudah membaca.
thanks informasinya berguna sekali