SPC Era Pandemi dan New Normal

Oleh

Emy Yuliany, M.Pd.
(Ketua Bidang Literasi, Media dan Publikasi
PD IGI Lahat)


Pandemi Covid-19 berawal pada tahun 2019 namun dampaknya mulai terasa dalam dunia usaha dan ekonomi serta pendidikan di Indonesia sejak tahun 2020 bahkan hingga saat ini. Berbagai cara telah dicoba dan dilakukan untuk mengantisipasi dampak tersebut oleh semua negara termasuk Indonesia. Indonesia termasuk ke dalam kelompok negara yang mengalami dampak pandemi sangat besar dengan jumlah korban yang cukup banyak akibat virus covid-19.


Di Indonesia dan negara lain dunia pendidikan sepertinya mengalami perubahan besar yang signifikan. Sekolah dan lembaga pendidikan lainnya harus menghentikan kegiatan pembelajaran di sekolah dan lembaga pendidikan lainnya. Sekitar pertengahan bulan Maret 2020 sejumlah sekolah terpaksa harus menghentikan aktivitas pembelajaran di sekolah. Sejumlah agenda sekolah dan pembelajaran pun terpaksa mengalami perubahan.

Kini tanpa terasa pembelajaran daring sudah memasuki 2 tahun ajaran yaitu TA. 2020/2021 dan 2021/2022. Di Tahun Ajaran 2021/2022 Kemdikbud bekerjasama dengan sejumlah platform pemerintah dan non pemerintah telah menyiapkan sejumlah pelatihan panduan pembelajaran masa pandemi yang dikenal dengan istilah Strategi Pembelajaran Campuran (SPC) bersanding dengan konsep Merdeka Belajar (MB).


Strategi Pembelajaran Campuran (SPC) pada dasarnya bukanlah strategi pembelajaran baru. Mungkin tanpa kita sadari dari dulu sekolah dan lembaga pendidikan yang ada di Indonesia telah menggunakan SPC. Hanya saja di masa pandemi ini SPC menjadi lebih bergema bersanding dengan konsep Merdeka Belajar. Jika sejumlah orang mendefinisikan SPC sebagai kombinasi pembelajaran sinkron dan asinkron maka saya memiliki definisi lain.

Menurut saya SPC di era pandemi dan new normal merupakan perpaduan konsep pembelajaran konvensional dan pembelajaran modern. Pembelajaran konvensional mengusung unsur pedagogik dalam praktik baik pembelajarannya sedangkan pembelajaran modern mengusung unsur teknologi tepat guna yang dikenal dengan istilah e-learning. Tidak dapat dipungkiri bahwa pembelajaran di era Pandemi tidak luput dari unsur teknologi tepat guna karena hampir 75% kegiatan pembelajaran dilakukan dalam jaringan internet yang tentunya juga menggunakan alat teknologi modern seperti handphone berbasis android dan internet.


Kemandirian yang dianggap sebagai salah satu keunggulan SPC tidak serta merta menjadi nilai unggul dalam SPC karena sejumlah strategi pembelajaran lain pun juga memiliki unsur kemandirian. Namun, tingkat kemandirian dalam SPC di era pandemi dan new normal memiliki tingkat kemandirian yang lebih tinggi daripada di era sebelumnya. Kemandirian ini tentu sejalan dengan konsep merdeka belajar yang dicanangkan oleh Kemdikbud pada perayaan Hari Guru Nasional 2020.


Menurut saya SPC sebagai perpaduan pembelajaran konvensional dan modern kelak akan menjadi strategi pembelajaran masa depan yang dapat diandalkan. Salam Merdeka Belajar untuk Indonesia.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *